Makassar

Diduga Hotel “R” Bawakaraeng Jadi Tempat Mesum

×

Diduga Hotel “R” Bawakaraeng Jadi Tempat Mesum

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

MATA JURNALIS NEWS, MAKASSAR – Tak dapat dipungkiri lagi, era digital nyaris telah mempengaruhi seluruh pola dalam berbagai aspek kehidupan manusia saat ini.

Sebut saja dalam hal transaksi pembayaran barang atau jasa yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara konvensional, kini bisa dilakukan dengan cara serba online.

Tak terkecuali bagi para pekerja seks komersial (PSK) yang seakan tak pernah sepi peminat dari kaum lelaki hidung belang.

Para wanita penjaja cinta yang semula konvensional mulai menjajakan dirinya secara online. Di Kota Makassar, praktek prostitusi online terselubung ini, khususnya prostitusi online melalui sebuah aplikasi michat kini memang tengah marak.

Bahkan, layaknya prostitusi konvensional, prostitusi online melalui michet ini juga kerap diawali dengan proses tawar menawar terlebih dahulu. Karenanya, penawaran pertama dengan harga tinggi dari sang pemilik tubuh, bukanlah masalah. Para calon ‘konsumen’ yang memang sering ‘jajan cinta’ melalui aplikasi berlambang lebah ini, sangat mengerti cara menawarnya, hingga harga yang disepakati tak lagi setinggi harga yang ditawarkan pertama kali.

Menurut seorang narasumber yang mau menceritakan kebiasaannya kencan dengan para wanita malam yang didapatnya melalui aplikasi michat mengatakan nyaris semua hotel berbintang di Kota Makassar  dijadikan tempat kencan oleh para PSK yang menjajakan dirinya di michet.

Meski tak semua perempuan yang menggunakan aplikasi Michat adalah PSK, namun menurut narasumber ini

para PSK di Michet akan sangat mudah ditemukan dengan kode BO, yang berarti booking order.

Selain itu, diceritakannya, di aplikasi Michat yang kebanyakannya digunakan oleh para remaja milenial berusia belasan hingga 20 tahunan itu, bisa mendeteksi pengguna sesama Michat dalam hitungan jarak.

Pria ini menyebutkan, kisaran harga yang mereka patok pun beragam, tergantung masing-masing orangnya dan tergantung bagaimana kencannya.

“Harganya berkisar dari Rp 250 ribu hingga 500 ribu rupiah. Kalo orangnya sangat cantik, berkulit putih, biasanya harga yang ia tawarkan Rp 1 jutaan. Itupun hanya untuk per sekali main atau kencan ST istilah untuk kata short time,” kata dia.

Dirinya menuturkan, harga tersebut sudah termasuk dengan harga kamar kencan di kamar hotel yang digunakan. Bahkan, dikisahkannya, sejumlah PSK yang ditemukannya di aplikasi Michat, khususnya bagi mereka yang stay di kamar hotel, memang sudah menjalin kerja sama dengan pihak hotel.

“Saya pernah bertanya dengan beberapa dari mereka yang stay yang pernah saya kencani pada beberapa hotel, dan jawaban mereka memang bekerja sama dengan pihak hotel, dimana setiap uang kencan yang dia terima dari pelanggan nya, sekian persennya ia bagi ke pihak hotel,” jelasnya.

“Itu juga mereka sampaikan melalui chat di michet. Biasanya setelah menyebutkan harga open BOnya. Setelah deal, uang pembayaran bisa dilakukan melalui transfer. Namun ada juga yang bisa dibayar di tempat. Kemudian mereka memberi tahu dimana hotelnya. Setelah kita tiba di hotel yang dimaksud, mereka baru mau mengasih tahu nomor kamar hotel dimana dia berada,” terang dia.

Lantaran transaksi di mic mudah terdeteksi, para pemuas birahi beralih ke MiChat yang juga memiliki fitur untuk menemukan orang-orang baru di sekitar dalam jangkauan 50 Meter, 100 Meter, bahkan 1 Kilometer.

Akun-akun yang menawarkan jasa untuk para lelaki hidung belang ini rerata wanita berusia 19 hingga 35 tahun. Bukan hanya lajang, banyak pula yang sudah berstatus janda.

Sementara untuk jasa di atas ranjang, short time juga di kisaran Rp500 Ribu, sedangkan long time bisa mencapai Rp 1 juta lebih.

Open order terpasang di bio akunnya. Mereka standby di hotel dan indekost. Siap sedia menerima orderan dari orang-orang yang “menemukannya” di MiChat. Cukup dengan mengetik pesan, pria hidung belang sudah dapat BO wanita yang menjajakan dirinya di aplikasi online.

Wartawan media ini mencoba menelusuri prostitusi BO dengan cara menyamar sebagai konsumen yang transaksi melalui Michat.

Sebelum melakukan pertemanan dengan pelaku BO, terlebih dahulu penulis mengecek pengguna di sekitar tempat penulis berada.

Penulis berusaha mencari sesama pengguna Michat, yang menuliskan status BO (pekerja seks komersial) yang berada di lokasi yang sama, sembari melihat aktivitas pembaharuan status para pengguna aplikasi yang berkapasitas 15 MB ini.

Tak lama online, penulis menemukan status BO di akun seorang perempuan. Tanpa basa basi lagi, penulis langsung mengirimkan pertemanan ke perempuan yang diduga melakukan pejajakan prostitusi online tersebut.

Sebut saja namanya Wulan, tak sampai dua menit penulis sudah bisa langsung terhubung dengan si pemilik akun tersebut. Namun sebelum melakukan chating dengan Wulan, penulis memantau data profilnya yang bertuliskan nama samaran. Mawar pun mencantumkan status “stay di hotel”.

Saat penulis mengirim pesan singkat berbentuk pertanyaan (Booking Order), Mawar pun langsung menyebut jumlah bayaran sesuai durasi untuk menikmati tubuhnya, berkisar hampir Rp1 juta untuk full service dan Rp500 ribu untuk short time.

Untuk memastikan wulan adalah akun yang asli, penulis meminta mengirimkan foto asli serta lokasi tempat mangkal si Wulan. Respon cepat, Wulan mengirim foto full body lengkap dengan hotel tempatnya menunggu orderan. Mawar menyebutkan jika setiap harinya di ‘mangkal’ di salah satu hotel di Bawakaraeng Makassar.

(Tim Red)