Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Nasional

TAMC Gelar Focus Group Discussion di Pulau Barrang Lompo

×

TAMC Gelar Focus Group Discussion di Pulau Barrang Lompo

Sebarkan artikel ini

MATA JURNALIS NEWS, MAKASSAR – – Transformasi Anak Muda Celebes (TAMC) didukung oleh Yayasan Remaja Indonesia Sehat (Rise Foundation) menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengangkat tema “Pemenuhan Hak atas Informasi Pangan dan Gizi, Akses Makanan Sehat yang Berkelanjutan serta Inklusif di Kepulauan Kota Makassar”.

Acara ini berlangsung selama dua hari, pada tanggal 14 dan 15 Oktober 2024, di halaman gedung Marine Station UNHAS Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

FGD ini dihadiri oleh berbagai kelompok pemuda yang berada di pulau Barrang Lompo, serta sejumlah aktor pemerintah, non-pemerintah, serta Tokoh Masyarakat seperti Lurah Pulau Barrang Lompo, Balla Inklusi dan WALHI Sulawesi Selatan serta seluruh RT dan RW yang berada di Kelurahan Barrang Lompo.

FGD ini merupakan rangkaian implementasi program Youth Participation for Food Security yang diinisiasi oleh Transformasi Anak Muda Celebes (TAMC) dan didukung oleh Yayasan Remaja Indonesia Sehat (Rise Foundation) melalui program Youth Nutritiative. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan rangkaian dari perayaan Hari Pangan Dunia pada 18 Oktober 2024.

FGD tersebut bertujuan untuk merespon perubahan iklim dan dampaknya pada lingkungan sosial dengan fokus khusu pada kelompok rentan seperti pemuda, perempuan, anak dan disabilitas di sektor Pangan dan Gizi.

TAMC berkomitmen untuk menggali pemahaman mendalam tentang dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan pada sektor Pangan dan Gizi melalui identifikasi pemetaan masalah dan praktik mitigasi sebagai solusi alternatif lokal yang dapat/telah dilakukan oleh beberapa kelompok pemuda yang ada.

Tujuan utamanya adalah meningkatkan kapasitas dan kesadaran akan pentingnya hak kelompok rentan atas informasi pangan dan gizi, akses makanan sehat, aman, terjangkau, dan peningkatan perilaku makan yang bertanggung jawab dan tidak boros pangan.

Dalam FGD ini, berbagai topik penting dibahas, termasuk analisis dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan, hak atas pangan dan gizi, pemetaan masalah yang dialami, solusi alternatif lokal yang dapat/telah dilakukan oleh kelompok pemuda, serta pengalaman, pengetahuan dan solusi para kelompok pemuda yang dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan gizi seimbang kelompok rentan dalam menghadapi perubahan iklim di kepulauan.

Salah satu peserta, Ardiansa mewakili Ikatan Pemuda Barrang Lompo menyampaikan bahwa dampak perubahan iklim seperti peningkatan suhu cuaca panas ekstrem yang terjadi pada beberapa minggu yang lalu sangat nyata dan dapat dirasakan oleh masyarakat.

namun dampak ini lebih terasa oleh kelompok rentan seperti pemuda dalam hal ini remaja yang berada di kepulauan ”karena cuaca ekstrem ini sulit bagi nelayan pulau untuk menangkap ikan, kalaupun ada itupun lama karena mereka harus mencari lebih jauh, akibatnya masyarakat terutama remaja lebih memilih makanan instan yang kadang kurang sehat dan bergizi sehingga banyak anak-anak yang gampang sakit saat ini”.

Selain itu, Abdul Rahman mewakili Balla Inklusi sebagai Narasumber menjelaskan pentingnya peran pemuda dalam melakukan advokasi dan kampanye terkait persoalan-persoalan yang dialami kelompok rentan di kepulauan. Hal ini sebagai bentuk partisipasi pemuda yang memiliki peran sebagai agent of change dalam membantu pembangunan daerah.

Menurutnya ”hal ini juga merupakan upaya generasi muda untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan implementasi solusi berkelanjutan menjadi isu serius yang perlu segera ditangani”.
Pada hari kedua Focus Group Discussion (FGD), peserta diajak untuk mengidentifikasi persoalan yang ada dengan merancang solusi alternatif lokal yang menjadi prioritas serta harapan kelompok pemuda yang berada di kepulauan.

Pada sesi ini, fokus utamanya adalah untuk melahirkan rekomendasi hasil FGD yang akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai upaya advokasi para kelompok pemuda yang akan difasilitasi oleh TAMC.
Abu Talib mewakili WALHI Sulawesi Selatan sebagai Fasilitator pada sesi ini menemukan beberapa masalah yang mencakup kekurangan pangan akibat peningkatan suhu panas cuaca, distribusi pangan sayuran yang sedikit, harga pangan melonjak akibat cuaca dan bergantung pada harga BBM, konsumsi makanan instan berlebihan, dan pemahaman akan komposisi makanan sehat yang kurang.

Kemudian sebagai alternatif solusi hasil identifikasi peserta mencakup ikan kering dan nasi kering sebagai pangan cadangan/awet, melakukan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi di sekolah-sekolah, melakukan budidaya ikan air tawar, beralih mata pencaharian nelayan teripang dan koral serta mengadakan KWT sayuran sebagai pangan cadangan.

Tidak berhenti disitu, peserta juga membentuk forum koalisi kelompok pemuda, yaitu Forum Pemuda Peduli Pangan Pulau Barrang Lompo, forum ini sebagai suatu wadah kelompok pemuda kepulauan untuk mengekspresikan diri dengan melakukan advokasi dan kampanyekan isu perubahan iklim dan dampaknya bagi kelompok rentan yang terfokus pada persoalan Pangan dan Gizi yang berkelanjutan dan inklusif.

Sebagai hasil dari FGD ini, kesadaran akan pentingnya perubahan iklim dan pengaruhnya pada kelompok rentan serta partisipasi pemuda dalam sektor pemenuhan hak atas pangan dan gizi yang berkelanjutan serta inklusif semakin ditekankan. FGD ini membuka ruang bagi berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat terutama kelompok rentan, untuk mencari solusi bersama dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang signifikan. Selain itu, penting untuk memahami bahwa solusi tidak hanya bergantung pada pemerintah, melainkan juga melibatkan kelompok pemuda termasuk didalamnya kelompok perempuan dan disabilitas dalam upaya mitigasi, resiliensi, dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pangan dan gizi yang tercukupi.
Kolaborasi dari semua lapisan masyarakat menjadi kunci dalam mencapai masa depan yang berkelanjutan, dimana partisipasi pemuda atau kelompok rentan di sektor persoalan Pangan dan Gizi di Kepulauan Kota Makassar menjadi prioritas utama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Farhan Koto (TAMC) sebagai penutup FGD,

“Solusi tidak harus ada di pemerintah saja, kita sebagai individu atau kelompok juga memiliki peran dan andil dalam mengatasi dampak perubahan iklim, ketahanan pangan dan akses makanan sehat yang berkelanjutan serta inklusif”. tandasnya. (*)

Editor: Aisyah