Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Kab. BarruNews

Tragis, Aksi Penolakan HRS di Barru Ternyata Didalangi Oleh Oknum

×

Tragis, Aksi Penolakan HRS di Barru Ternyata Didalangi Oleh Oknum

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Mata Jurnalis News, BARRU – Sulawesi Selatan baru-baru ini digemparkan oleh aksi penolakan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang ditunggangi oleh aliansi mahasiswa Barru di Tugu Empat Payung Jl. Sultan Hasanuddin Kelurahan Binangae Kecamatan Barru Kabupaten Barru pada 26 Desember 2020 kemarin.

Kabarnya, aksi ini didalangi oleh oknum yang tidak senang dengan HRS. Menurut keterangan Ramli, salah seorang massa yang turut ikut pada aksi tersebut, awalnya kami hanya disuruh untuk mencukupkan massa. Katanya, aksi tersebut adalah mengenai covid-19.

“Saya dihubungi oleh kanda Iqbal (mantan ketua HMI), sekitar pukul 22 malam . Beliau meminta 15 orang anggota untuk pengawalan aksi. Saya bertanya, ini aksi perihal apa kak?, Beliau jawab, tentang covid andik,” ungkap Ramli.

Lanjut dia, besoknya setelah sampai di lokasi aksi, ternyata bukan perihal covid-19 yang diaspirasikan. Melainkan penolakan terhadap HRS. Spanduk yang dibentangkan pun berupa spanduk penolakan dan tuntutan pembubaran FPI.

“Saya mau bubar bersama teman-teman, tapi apa boleh buat tim media sudah merekam gambar kami. Mewakili teman-teman yang lain, permohonan maaf saya sampaikan karena telah melakukan kesalahan, kami merasa tertipu, untuk itu kami harap mereka yang mengajak kami untuk ikut pada aksi ini mempertanggung jawab kan perbuatannya,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa, pada aksi ini turut hadir, Kaharuddin P (Ketua KNPI), Fahrul, danbMuhammad Iqbal (mantan ketua HMI).

Setelah dikonfirmasi, Kaharuddin P selaku ketua KNPI yang disebutkan di atas tidak terlibat dalam aksi penolakan HRS pada Sabtu kemarin. Tokoh muda yang biasa disapa Ippong itu menerangkan, bahwa yang dituturkan oleh Rusli tidaklah benar.

“Selain tidak ada barang bukti berupa rekaman gambar, saya memang tidak berada di lokasi pada saat itu. Saya rasa ini adalah sebuah kecelakaan besar ketika seseorang berbicara tanpa data yang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan,” Tutup Ippong.

(Muhsin)